Kamis, 02 Juni 2011

Wanita Sebagai Lansia

Wanita Sebagai Lansia

1. Periode Menopause/ Klimakterium Dan Tanda-Tandanya
Sehubungan dengan faktor usia, kapasitas untuk reproduksi yang berlangsung selama menstruasi atau haid pertama itu masih terus berlangsung selama menstruasi atau haid pertama itu masih terus berlangsung secara teratur. Dengan berhentinya fungsi ini akan berkahir pula fungsi pelayanan, pengabdian, dan pengekalan species manusia. Sebab dengan berakhirnya haid, proses ovulasi atau pembuahan sel telur juga jadi terhenti oleh karenanya. Lalu segenap aparat kelenjar mengalami hambatan dan pengurangan aktivitasnya. Ditambah lagi, organ kelamin turut mengalami proses atrofi, yaitu menjadi lisut dan mundur fungsinya. Akhirnya, segenap bagian pada tubuh secara lambat laun menampakkan gejala-gejala ketuaan. Fase sedemikian ini pada diri wanita disebut sebagai menopause.
(menopause, men = bulan, pause = pausa, pausis, pauoo= periode atau tanda berhenti, menopause= berhentinya secara definitif menstruasi)
Fase menopause disebut pula sebagai periode klimakterium (climacter = tahun perubahan, pergantian tahun yang berbahaya). Pada saat inilah terjadi banyak perubahan dalam fungsi-fungsi psikis dan fisik., sedang vitalitasnnya jadi semakin mundur dan berkurang. Periode klimakterium ini disebut pula sebagai : periode kritis. Sebabnya ialah : perubahan-perubahan dalam sistem hormonal itu mempengaruhi segenap konstitusi psikosomatis (rohani dan jasmani), sehingga berlangsungnya proses kemunduran yang progresif dan total. Oleh banyaknya perubahan dan kemunduran tersebut terjadilah kemudian krisis-krisis dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan.
Menopause merupakan suatu gejala dalam kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi. Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya masa subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja wanita, menunjukkan mulai diproduksinya hormon estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan atau tidak memproduksi hormon estrogen.
Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti dialami setiap orang, terjadi pula kemunduran fungsi organ-organ tubuh termasuk salah satu organ reproduksi wanita, yaitu ovarium. Terganggunya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan beberapa penurunan atau gangguan pada aspek fisik-biologis – seksual. Pada sebagian wanita, munculnya gejala atau gangguan fisik sebagai akibat dari berhentinya produksi hormon estrogen, juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis, dan sosialnya.
Pada umumnya, klimakterium ini di awali dengan satu fase pendahuluan atau fase preliminer, yang menandai suatu proses “pengakhiran”. Maka muncullah kemudian tanda-tanda antara lain;
1. Menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur, biasanya datang dalam interval waktu yang lebih lambat atau lebih awal dari biasanya.
2. “ Kotoran” haid yang keluar banyak sekali, ataupun sangat sedikit.
3. Muncul gangguan-gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pada pembuluh-pembuluh darah
4. Merasa pusing-pusing saja, disertai sakit kepala terus-menerus
5. Berkeringat tidak hentinya.
6. Neuralgia atau gangguan/ sakit syaraf, dan lain-lain
Semua keluhan ini disebut fenomena klimakteris, sebagai akibat dari timbulnya modifikasi atau perubahan fungsi kelenjar-kelenjar. Sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik tersebut, terjadi pula “pergeseran” atau erosi dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan. Pergeseran dan perubahan-perubahan psikis ini mengakibatkan timbulnya satu krisis, dan memanifestasikan diri dalam simptom-simptom psikologis, antara lain ialah :
Depresi-depresi (kemurungan), mudah tersinggung dan mudah jadi marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung atau gelisah, dan lain-lain
Simptom-simptom psikologis klimakterium ini dapat di anggap sebagai “jeritan minta tolong”, agar wanita tersebut masih di perbolehkan meneruskan aktivitasnya. Proses yang progresif menuju pada kelayuan dan ketuaan itu selalu dibarengi denagn penaampakkan yang regresif (mundur atau surut fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah).
Klimakterium itu sendiri dapat kita bagi menjadi dua tahapan, yaitu :
a. Tahun-tahun dimana saat haid/ menstruasi sudah tidak teratur, sering terganggu, atau sudah tehenti sama sekali. Namun demikian, aparat endokrin seksual masih terus berfungsi. Periode ini disebut sebagai masa pra-klimakteris
b. Tahap kedua menampilkan gejala keberhentian secara definitif organisme yang membentuk sel-sel telur, yaitu berhentinya organisme tersebut sebagai lembaga kehidupan.
Tahap pertama yang disebut sebagai masa pra-klimakteris biasanya dibarengi dengan meningkatnya aktivitas-aktivitas pra klimakteris, yang ditandai oleh gejala meningkatnya rangsangan seksual. Pada masa ini ada timbul nafsu yang besar untuk melakukan hubungan seksual. Sekaligus muncul kegairahan berjuang yang menyala-nyala bagaikan di masa puber. Oleh karena itu pada usia ini sering muncul tingkah laku yang aneh-aneh dan kurang mapan, bahkan timbul tingkah laku yang tidak sesuai dengan atribut ketuaan.
Penurunan kadar estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada tiga periode menopause, yaitu:
1. Klimakterium, yaitu merupakan masa peralihaan anatara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya periode ini disebut juga dengan pramenopause.
Masa Klimakterium
Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut tanda atau gejala menopouse. Periode ini dapat berlangsung antara 5 sebelum dan sesudah menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi wanita menurun.
Fase klimakterium berlangsung bertahap sebagai berikut :
a. Sebelum menopause adalah Masa sebelum berlangsungnya saat menopouse, yaitu fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopouse.
b. Saat menopause adalah Periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-tahun sesudah menopouse. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti sama sekali. Pada masa ini menopouse masih berlangsung.
c. Setelah menopause adalah Masa setelah perimenopouse sampai munculnya perubahan-perubahan patologic secara permanen disertai dengan kondisi memburuknya kondisi badan pada usia lanjut (Senilitas).
(Kasdu, 2002 : 67).
2. Menopause, adalah saat haid terakhir, dan bila sesudah manopause disebut pasca menopause.
3. Senium, adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik
Masa klimkateris ini mirip sekali dengan masa pra pubertas. Oleh karena itu masa ini disebut pula sebagai pubertas kedua. Sedang periiode klimakterium sendiri banyak kemiripannya dengan periode pubertas. Tingkah laku orang pada periode pubertas kedua ini sifatnya sering lucu-lucu, aneh-aneh, janggal, dan tidak pada tempatnya. Misalnya, pada umur lebih dari limapuluh tahun, seorang wanita kaya dan gemuk memakai rok panjang mewah berwarna merah jambu di siangg bolong, menyusuri lorong kompleks pertokoan, sambil memakai perhiasan emas yang berwaarna-warni. Tampaknya saja tingkah laku wanita yang “berlebih-lebihan” tersebut bermaksud untuk :
  1. Mengingkari ketuaannya, dan ingin mengulangi kembali pla kebiasaan di masa muda.
  2. Menimbuni dirinya dengan pakaian dan perhiasan warna-warni serta macam-macam bahan kosmetik, agar kelihatan masih “remaja”.
Sekalipun tingkah laku wanita-wanita setengah tua ini kadang-kadang kelihatan komis lucu, namun biasanya kebiasaan tersebut mengakibatkan akibat-akibat yang cukup tragis. Maka oleh manifestasi yang janggal dan aneh-aneh itu, klimakterium disebut pula sebagai “usia berbahaya”(the dangerous age).
Dengan berhentinya aktivias indung telur, maka sistem endokrin (kelenjar atnpa pembuluh-bunga) menjadi kacau balau fungsinya, sehingga mengakibatkan kekecauan pula pada fungsi-fungsi organis dan fingsi psikis lainnya. Namun demikian, manifestasi individual periode klimakterium tetrsebut sebgaian besar dipengaruhi oleh kepribadian masing-masing individu. Sabab struktur kepribadian yang terintegrasi dengan baik, akan mempengaruhi secara positif proses gangguan-gangguan kelenjar. Artinya sebagai berikut:
  1. Kepribadian tadi bisa mengkompensasikan gangguan-gangguan fisiologis dan gangguan-gangguan fisiologis dan gangguan psikis dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang intelligen.
  2. Ini berarti, bahwa individu tersebut mampu mengendalikan diri, dan mampu mnegatasi gangguan-gangguan psikosomatis jika hal ini muncul, dengan jalan menyalurkan keresahan batinnya pada perbuatan-perbuatan yang intelligent, produktif atau kreatif.
Dengan terjadinya proses retrogresi genital (retro=surut, susut, gressus= langkah, genital= alat kelamin penghasil), maka aktivitas pencipta keindahan dari sekresi-sekresi kelenjar intern yang membuat wanita tampak ayu remaja dan awet muda, menjadi semakin mundur fungsinya. Sehingga ciri-ciri kelamin sekunder jadi terpengaruh. Juga ciri-ciri feminitas yang memekar, serta semua unsur keindahan yang diperoleh selama masa puber, sedikit demi sedikit menjadi pudar. Dan pada akhirnya akan punah habis sama sekali, lalu pribadinya tampak tua dan layu.
Secara perlahan-laham proses pra klimakterium berubah menjadi klimakterium sebenarnya. Selaput lendir di dalam rahim tidak berproduksi lagi. Untuk beberapa waktu lamanya memang masih terbentuk benih- telur, akan tetapi benih ini tidak pernah mencapai kematangan. Dan dalam waktu relatif pendek (tapi kadang-kadang juga bisa agak lama, biasanya ssesudah beberapa tahun), semua tanda-tanda genetis dan smeua sel-sel kelamin jadi hilang sama sekali, seolah-olah tanda-tanda tersebut tidak pernah ada sebelumnya. Dan indung telur kini berubah menjadi satu gumpalan jaringan yang keras massif. Lalu sedikit demi sedikit alat kelamin wanita itu ditramnsformasikan seluruhnya menjadi struktur yang tidak aktif, tidak berguna lagi, atau dianggap berlebihan.
Perubahan-perubahan yang sama beruapa kemunduran-kemunduran, juga terjadi pada aktivitas organ-organ endokrin lainnya. Lapisan lemak di bawah kulit jadi menebal dan kulit-kulit kehilangan gaya tegangnya, serta menjadi lisut berkeriputan. Tidak hanya pada segi organik dan jasmaniah saja terjadi kemunduran, akan tetapi juga pada segi psikis dan sifat-sifat kepribadiannya. Kualitas-kualitas feminin yang individual sifatnya, kecantikan dan charme, vitalitas, daya ingatan, daya pendengaran, daya berpikir dan fungsi-fungsi psikis lainnya, semuanya juga mengalami proses kemunduran yang progresif. Semua kemekaran dan ciri-cirii keindahan feminin yang diperoleh pada usia puber dan usia muda., mulai susut dan menghilang sedikit demi sedikit. Pendek kata, dengan terjadinya dekadensi atau kemunduran fungsi reproduktif, mulai hilang pula kecantikan dirinya. Biasanya hilang pula kehidupan emosional feminin yang hangat mesra.
2. PERILAKU YANG ANEH PADA PERIODE KELIMAKTERIUM
Oleh karena sel-sel indung telur sudah tidak diprodusir lagi, maka semua proses organik untuk pengabdian dan pengawetan spesies manusia menjadi tterhenti pula. Dan berakhirlah keberadaannya (eksistensi dirinya) sebagai pendungkung kehidupan baru. Sampailah wanita itu pada batas akhir yang alamiah yaitu kematian parsiil sebagai pengabdi pada spesiesnya. Sehubungan dengan hal ini, mulailah ia sibuk bergulat melawan proses dekadensi atau kemunduran, melawan usia tua.
Satu tipe wanita-wanita klimakteris ada yang memperlihatkan aktivitas hypomanis semu. Wanita tersebut merasakan seolah-olah vitalitas hidupnya jadi bertambah. Jika ia dahulu menghindari pengalamn-pengalaman yang menggunakan kekerasan atau kesembronoan, maka sekarang ini seakan-akan ia dikejar-kejar oleh nafsu untuk menyerempet-nyerempet bahaya, guna memperkaya pengalaman hidupnya. Ia merasa muda bagaikan gadis remaja dan selalu meyakinkan diri sendiri bahwa ia berambisi atau mampu memulai kehidupannya dari awal lagi.
Ia mulai membuat catatan-catatan harian, ingin melakukan perjalanan jauh, dan menjalin kisah-kisah hidup baru. Dia menjadi sangat enthusiast tentang ide-ide dan paham politik tertentu. Ia mengubah sikapnya terhadap keluarga sendiri, dan seringkali meninggalkan rumah dengan alasan-alasan yang sama seperti alasan gadis-gadis puber. Dengan enthusiasme yang menyala-nyala, bahkan sering melebihi anak-anaknya sendiri, wanita klimakteris tersebut menjadi sangat tertarik pada ideologi-ideologi politik tertentu.
Pada usia 50 tahun itu, ia sama sekali tidak bersedia meninggalkan segala macam kegiatan. Dengan semangat yang berkobar-kobar ia berusaha meneruskan perjuangannya melawan proses ketuaan dan proses biologis dari feminitasnya dengan jalan “berlindung” di balik macam-macam kegiatan psikis. Ia merasa senang dan bangga bahwa ia mendapatkan kemajauan-kemajuan dalam mencobakan potensinya sebagai wanita. Sebab, ibunya sendiri, menurut anggapan wanita tadi, sudah menjadi nenek-nenek tua yang loyo pada usia yang sama dengan dirinya sekarang. Maka oleh kegiatan yang berkobar-kobar dari para wanita usia klimakteris ini, ada kalanya kegiatan-kegiatan kaum pria menjadi sedikit tersisih.
Mode-mode paling baru, alat-alat kosmetik yang mahal-mahal dan kekayaan yang cukup, rupa-rupanya banyak mendorong wanita-wanita usia setengah tua ini bertingkah laku bagaikan anak puber. Delusi diri (gambaran kegila-gilaan, kecohan diri, tipuan diri sendiri) yang narsistis seakan-akan menampilkan “keremajaan wajahnya” pada cermin kaca. Maka sikap memberontak terhadap proses ketuaan tadi membuat dirinya jadi naif, dan menjadikan dirinya lupa daratan, melupakan pengalaman-pengalaman positif dimasa lalu yang membuat ia jadi bijaksana.
Ada pula wanita-wanita usia ini yang di kala mudanya menunjukkan tingkah laku halus dan terhormat, kini mulai bergaul dengan dan mengumpulkan anak-anak muda serta kaum pria yang jauh lebih inferior daripada dirinya. Lalu ia berilusi bahwa dirinya dikagumi dan dicintai oleh banyak pria muda. Pada zaman sekarang, kerap klai kita menjumpai wanita semacam ini yang dikenal sebagai tante-tante girang atau nenek-nenek lincah.
Bagaikan gadis puber, wanita klimakteris tersebut membuat tentang kemampuan dan kepribadiannya. Maka sesudah 25-30 tahun perkawinannya yang sukses dan bahagia, kini ia dijangkiti pikiran aneh-aneh, yaitu ilusi, apakah suaminya cukup berharga bagi dirinya? Dan apakah perkawinannya sekarang ini bukannya merupakan tindak salah langkah.
Kadangkala, ada wanita setengah baya yang secraa sentimentil banyak melamun tentang masa-masa mudanya. Mereka ingin mengulang kembali pengalaman-pengalaman lama, dengan menjalin hubungan cinta mesra baru, atau mencari pengalaman baru yang belum pernah dialaminya pada masa lalu. Ia menjalin persahabatan dengan pria-pria muda yang dubious dan mencurigakan sifatnya, yang cuma tertarik pada harta kekayaannya bagaikan tertarik pada cahaya lampu di malam hari kenalan-kenalan lama yang terhormat (respectable) dari kalangan atas dan kelas menengah, dimatanya kini tampak menjemukan, dan tidak berharga lagi baginya . dia menunjukkan minat besar terhadap wanita-wanita pelacur dan wanita-wanita yang mempunyai reputasi buruk. Ia jadi iri terhadap “kebahagiaan serta kekayaan pengalaman” para wanita reputasi buruk tadi.
Bahkan ada pula wanita-wanita setengah umur yang tergoda ikut-ikutan melakukan perbuatan yang kurang terhormat, misalnya melakukan relasi seks bebas, dengan alasan yang sama seperti motif-motif gadis prapuber atau pubertas yang tengah salah langkah.
Biasanya faktor sugestibilitas para wanita setenngah umur ini menjadi makin besar, karena nalar pertimbangannya menjadi semakin berkurang. Ia mengira, bahwa gairah keremajaannya masih tetap membara seperti pada usia puber. Oleh karena itu, wanita-wanita semacam ini sering tertipu, dan menjadi “makanan empuk” bagi para penasehat dan konsultan-konsultan yang jahat.
3. Kondisi Psikis Wanita Setengah Baya
Relasi persahabatan wanita-wanita klimakteris ini sering kali juga mengalami perubahan. Persahabatan yang dahulunya bersifat loyal dan harmonis, menjadi retak berantakan oleh rasa iri hati, keemasan ketakutan, serta panik tanpa sebab-sebab yang jelas. Wanita- wanita ini jadi cerewet, menjadi sangat gila, suka mencari setori, dan mengguagah pertengkaran dimana-mana. Relasi sosialnya menjadi patologis sifatnya. Ada kalanya terjadi ledakan-ledakan emosional yang paranoid, sebagai produk dari semakin intensifnya konflik-konflik batin/ psikis pada periode klimaktteris.
Baik di masa pubertas maupun pada periode klimakteris. Selama dua periode ini anak gadis dan wanita setengah baya tadi berusaha mengkonstruksikan “dunia masa sekarang” atau das Sein. Namun jika gadis puber mengarahkan pandangannya pada masa depan, maka wanta setengah tua itu justru menengokkan pandangannya pada masa lampau dengan rasa-rasa kerinduan (nostalgia).
Pada anak-anak gadis yang mempunyai predisposisi neurotisobsesif, gejala-gejala ini segera lenyap, kemudian digantikan dengan tendens maskulinitas yang kuat dan proses intelektualisasi. Pada umumnya mereka bersifat sangat maskulin, kejantan-jantanan, sangat ambisius, sangat intelek, namun miskin kehidupan emosionalnya.
Selama periode produktif sampai masa klimakteris, maskulinitas wanita tersebut dengan sukses tersublimasikan dan pribadinya tidak menampilkan gejala-gejala neuortis. Akan tetapi pada periode klimakteris, tendens-tendens feminitaas yang selalu ditekan kuat-kuat dan biasanya sukses, kini mulai menampilkan “haknya”. Lalu terjadilah konflik-konflik batin di antara tendens feminitas melawan keenderungan-kecenderungan hypermaskulin. Jika pertentangan di antara dua tendens itu pada usia pubertas dengan sukses bisa disublimasikan, atau bisa diselesaikan dengan baik, maka biasanya pada usia setengah tua itu wanita tersebut justru gagal dalam perjuangan psikis tersebut., lalu jatuh sakit karena ia tidak memiliki daya tahan, sedangkan kondisi fisik dan psikis sudah menjadi lemah. Jelasnya, ia tidak mampu menerima dengan hati yang pasrah. Sifat-sifat femininnya yang sejati yang kini muncul secara spontan.
Hampir semua wanita usia klimakteris mengalami dalam tempo yang relatif pendek atau relatif panjang suasana hati depresif dan melankolis. Sebab utamanya adalah :
  1. Karena ia ingin mengingkari dan memproses proses biollogis mengarah pada ketuaan
  2. Ia terlampau melebih-lebihkan keadaan dirinya, serta terlalu menganggap dramatis proses ketuaannya.
  3. Kemunduran jasmaniah itu dirasakan sebagai kemungkinan dan mendekatnya kematian juga sebagai tidak ada gunanya lagi untuk terus hidup.
  4. Hidupnya kini dianggap tidak mengandung harapan, penuh kepedihan dan pribadinya dilupakan oleh semua orang..
Banyaknya rasa depresi pada usia menjelang tua ini memang berkaitan dengan kepahitan dan kepedihan hati, karena wanita yang bersangkutan merasa kehilangan “dunia remaja” indah yang sudah lampau. Dan seperti depresi anak gadis puber yang kadang kala diselingi dengan perasan-perasaan extatis (gelora semangat yang menyala-nyala), demikian pula kondisi-kondisi depresif wanita setengah baya ini kerap kali diselingi dengan cinta birahi dan kegairahan hati, bagaikan kelip gemerlapnya cahaya pelita yang hampir redup kehabisan minyak. Maka kondisi “ senja hari” pada wanita setengah umur ini masih memberikan berkas-berkas pancanaran sinar-sinar indah dalam ketidaksadarannya. Devaluasi (adanya kemunduran nilai dan kerusakan) pada organ-organ vital, mengakibatkan munculnya perasaan destruksi atau kerusakan pada fungsinya. Kemudian mengakibatkan perubahan-perubahan berupa kemunduran pada kemampuan psikisnya.
Dengan sendirinya, kondisi psikis wanita setengah umur ini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosialnya di masa lampau. Wanita-wanita feminin yang selalu hidup dalam suasana harmonis, ekonomis berkecukupan, bahagia dan selalu mendapatkan kepuasan seksual, pasti bisa menghayati badai-badai terakhir dalam kehidupannya dengan rasa tenang, bagaikan berlayar dalam sebuah perahu di teluk yang teduh. Maka banyak pasangan tua yang ingin mengalami lagi bulan-bulan madu kedua pada usia sudah lanjut ini.
Wanita-wanita yang mempunyai masa lampau penuh kenangan cinta indah dan bahagia, kewanitaan dan kecantikannya akan tetap awet bertahan lama. Tampaknya, faktor cinta itu merupakan resep bagi rahasia kecantikan dan keremajannya. Wanita-wanita yang sangat erotis feminin dan berpengalaman dalam hal cinta, akan menerima dengan rasa tenang dan penuh kemartabatan diri segala nasib serta proses ketuaannya. Berbeda sekali dengan reaksi seorang perawan tua yang banayk mengalami frustasi, dan selalu merasa tertipu di masa mudanya.
Maka dalam periode istirahat di masa tua ini, banyak wanita setengah umur merasakan nostalgia (kerinduan) pada masa-masa mudanya yang cemerlang, lalu mencoba menjalin dunia fantasi pribadi dalam lamunan di hari-hari tuanya.
Wanita-wanita cantik yang narsisitis, yang menganggap kecantikan wajahdan tubuhnya sebagai pusat dari eksistensinya, dan mempunyai harga diri serta cinta diri yang besar, biasanya mencoba mengkompensasikan ketuaannya dengan suatu pekerjaan atau profesi. Dia berusaha membuat dirinya tetap berguna dan tetap penting sambil mencoba melupakan bahwa kini ia mulai jadi tua. Sebab proses ketuaan tersebut benar-benar menyinggung perasaan narsismenya.
Sebenarnya, reaksi-reaksi psikis wanita pada usia klimakteris itu sangat bergantung pada pandangan hidup atau lebensanschauungnya dan terhadap eksistensi diri sendiri. Jika ia tidak bisa menemukan harmoni dan keseimbangan , maka terjadilah trauma biologis dan trauma psikis. Terjadi pula perasaan degradasi diri, disertai tingkah laku yang aneh-aneh. Dengan demikian psikoterapi yang diterapkan pada usia klimakterium ini menjadi sulit sebab:
  1. Orang tidak bisa berbuat sesuatupun untuk mencegah proses ketuaan yang progresif, sebab proses ketuaan itu merupakan proses biologis yang alami.
  2. Biasanya orang tidak bisa berbuat banyak untuk menciptkan pengganti bagi penugasan fantasi-fantasi pada usia klimakteris ini. Kegiatan berfantasi itu tidak bisa dicegah
Pada masa setengah baya wanita mengalami kecemasan menghadapi menopause.
1. Pengertian kecemasan menghadapi menopause
a. Pengertian kecemasan. Salah satu gejala yang dialami oleh semua
orang dalam hidup adalah kecemasan. Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat
dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari.
Bagaimanapun juga bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan
suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah
klinis.
-Menurut Bryne (1966), bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang
dialami individu, seperti apabila ia mengalami ketakutan. Pada kecemasan
perasaan ini bersifat kabur, tidak realistis atau tidak jelas obyeknya sedangkan
pada ketakutan obyeknya jelas.
-Menurut Hurlock (1990), kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir,
gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya
perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa
rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.
-Menurut Kartono (1997), ketidakberanian individu dalam menghadapi
suatu masalah dan ditambah dengan adanya kerisauan terhadap hal-hal yang tidak
jelas merupakan tanda-tanda kecemasan pada individu.
-Pendapat ahli lain Havary (1997), berpendapat bahwa kecemasan
merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan. Apabila
orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi
tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan cemas. Kondisi-kondisi atau
situasi yang menekan akan memunculkan kecemasan.
-Dari uraian di atas diambil suatu kesimpulan bahwa kecemasan adalah
suatu kondisi psikologis individu yang berupa ketegangan, kegelisahan,
kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam.
b. Pengertian kecemasan menghadapi menopause. Burn (1988), bahwa
kebanyakan wanita menopause sering mengalami depresi dan kecemasan dimana
kecemasan yang muncul dapat menimbulkan insomnia atau tidak bisa tidur.
Setiap orang mempunyai keyakinan dan harapan yang berbeda-beda.
Karena perbedaan itu maka tidak ada dua orang yang akan memberikan reaksi
yang sama, meskipun tampaknya mereka seakan-akan bereaksi dengan cara yang
sama. Situasi yang membuat cemas adalah situasi yang mengandung masalah
tertentu yang akan memicu rasa cemas dalam diri seseorang dan tidak terjadi pada
orang lain. (Tallis, 1995)
Kartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan psikis yang terjadi
pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain
yaitu adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis
seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi
banyak kecemasan.
Adanya perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause
mengandung arti yang lebih mendalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya siklus
menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena sudah
tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat lebih jauh adalah timbulnya perasaan tak
berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir akan adanya
kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya berpaling dan
meningggalkannya. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan wanita pada masa
menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan. (Muhammad,1981)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
menghadapi menopause adalah perasaan gelisah, khawatir dari adanya perubahanperubahan
fisik, sosial maupun seksual sehubungan dengan menopause.
2. Faktor penyebab kecemasan menghadapi menopause
Sebuah permasalahan yang muncul pasti ada yang melatarbelakanginya,
sehingga permasalahan itu timbul demikian juga kecemasan yang dialami oleh
seseorang, ada penyebab yang melatarbelakanginya.
Menurut Kartono (2000), kecemasan disebabkan oleh dorongan-dorongan
seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat, sehingga
mengakibatkan banyak konflik batin.
Menurut Hartoyo (2004), bahwa stressor pencetus kecemasan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri, dapat membahayakan identitas, harga diri,
dan fungsi integritas sosial. Faktor internal dan eksternal dapat mengancam
harga diri. Faktor eksternal meliputi kehilangan nilai diri akibat kematian,
cerai, atau perubahan jabatan. Faktor internal meliputi kesulitan interpersonal
di rumah atau tempat kerja.
-Menurut Carpenito (1998), ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
munculnya kecemasan yaitu :
a. Patofisiologis, yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia akan makanan, air, kenyamanan dan keamanan.
b. Situasional (orang dan lingkungan)
Berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya
kegagalan, kehilangan benda yang dimiliki, dan kurang penghargaan dari orang
lain.
a). Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena kematian,
perceraian, tekanan budaya, perpindahan, dan adanya perpisahan
sementara atau permanen.
b). Berhubungan dengan ancaman intergritas biologis : yaitu penyakit, terkena
penyakit mendadak, sekarat, dan penanganan-penanganan medis terhadap
sakit.
c). Berhungan dengan perubahan dalam lingkungannya misalnya :
pencemaran lingkungan, pensiun, dan bahaya terhadap keamanan.
d). Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya
pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan.
e). Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu.
Freud (dalam Hall, 1980), faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah
lingkungan disekitar individu.dan menurut Priest (1987), bahwa sumber umum
dari kecemasan adalah pergaulan, usia yang bertambah, keguncangan rumah
tangga, dan adanya problem. Selain itu kecemasan juga ditimbulkan karena tidak
terpenuhinya kebutuhan seksual, atau frustasi karena tidak tercapainya apa yang
diingini baik material maupun sosial.
Menurut Tallis (1995), bahwa penyebab individu cemas adalah masalah
yang tidak bisa terselesaikan. Contoh masalah yang tidak dapat terselesaikan
adalah penuaan dan kematian. Menurut Dimyati (1990), mengatakan bahwa
kecemasan disebabkan oleh adanya keinginan-keinginan, kebutuhan, dan hal-hal
yang tidak disetujui oleh orang-orang disekitar, selain itu rangsangan emosi
merupakan reaksi terhadap kekecewaan terhadap frustasi. Sedangkan menurut
Freud (dalam Dimyati, 1990), bahwa penyebab kecemasan pada individu adalah
motif sosial dan motif seksual.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kecemasan menghadapi menopause adalah masalah yang tidak
terselesaikan, kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi, adanya motif
sosial dan motif seksual.
3. Gejala-gejala kecemasan menghadapi menopause
Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut waswas
akan suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan cemas.
Ada beberapa gejala tentang kecemasan menurut Morgan (1991) yaitu :
a. Gejala fisiologis : gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, kelopak
mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, tak dapat diam, mudah kaget,
berkeringat, jantung berdebar cepat, rasa dingin, telapak tangan lembab, mulut
kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas
dingin, sering kencing, diare, rasa tak enak di ulu hati, kerongkongan
tersumbat, muka merah dan pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu
istirahat.
b. Gejala psikologis : rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan
datang, seperti cemas, khawatir, takut, berpikir berulang-ulang, membayangkan
akan datangnya kemalangan terhadap dirinya maupun orang lain, kewaspadaan
yang berlebih, diantaranya adalah mengamati lingkungan secara berlebihan
sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sulit konsentrasi, merasa
nyeri, dan sukar tidur.
Adapun gejala-gejala psikologis adanya kecemasan menghadapi
menopause bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut Blackburn dan Davidson
(dalam Zainuddin, 2000) adalah sebagai berikut:
a. Suasana hati, yaitu keadaan yang menunjukan ketidaktenangan psikis, seperti:
mudah marah, persaaan sangat tegang.
b. Pikiran, yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti : khawatir, sukar
konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri
sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya,.
c. Motivasi, yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari
situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri dari kenyataan.
d. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup,
kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
e. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar,
pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Menurut Freud (dalam Hall, 1980), mengatakan tentang gejala-gejala
kecemasan yang dialami oleh individu biasanya mulutnya menjadi kering bernafas
lebih cepat, jantung berdenyut cepat.
Selain hal diatas Weekes (1992), menambahkan tentang gejala-gejala
kecemasan yang lain diantaranya adalah gelisah, adanya perasaan tidak berdaya,
tidak nyaman, insomnia, menarik diri, gangguan pola makan, komunikasi verbal
menurun, perasaan terancam atau ketakutan yang luar biasa, pikiran terpusat pada
gangguan fisiknya dan kesadaran diri menurun, merasa mual, banyak berkeringat,
gemetar dan seringkali diare.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan tentang gejala-gejala kecemasan
menghadapi menopause adalah suasana hati yang menunjukan ketidaktenangan
psikis, pikiran yang tidak menentu, motivasi untuk mencapai sesuatu, reaksireaksi
biologis yang tidak terkendali.
4. Periode terjadinya menopause
Wanita dilahirkan dengan sejumlah besar sel telur yang secara bertahap
akan habis terpakai. Ovarium tidak mampu membuat sel telur baru, sehingga
begitu sel telur yang dimiliki sejak lahir habis, maka ovulasi akan berhenti sama
sekali. Jadi terdapat semacam kekurangan hormon yang menyebabkan sebagian
besar masalah yang terjadi disekitar menopause atau yang berkembang
sesudahnya.
Muhammad (1981), menjelaskan bahwa pada suatu saat akan tiba
waktunya bagi sisa folikel sel telur yang berada pada indung telur mulai
menghilang. Saat ini tidaklah sama pada setiap wanita. Perubahan ini terjadi
secara mendadak, diantara umur 45 tahun dan 55 tahun. Ada transisi yang
bertahap dari masa kegiatan indung telur yang tidak ada lagi, ketika wanita itu
sudah mulai memasuki usia menopause
Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh.
Dimana hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
tertentu dalam tubuh (tidak semua kelenjar menghasilkan hormon), yang efeknya
mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain. Hormon yang dikeluarkan melalui
saluran terbuka keluar, tetepi langsung disalurkan ke dalam darah melalui
perembesan pada pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar kelenjar tersebut.
Seperti diketahui ada tiga macam hormon penting yang diproduksi oleh ovarium,
yaitu estrogen, progesteron, dan testotesron, dimana setelah mencapai menopause
hormon-hormon ini tidak diproduksi. (Sadli, 1987)
Estrogen dan progesteron pada wanita disebut hormon kelamin (sex
hormones). Esrtogen pada wanita menampilkan tanda-tanda kewanitaan, seperti
kulit halus, suara lemah lembut, payudara membesar. Dalam setiap bulan, kadar
estrogen dan progesteron bergelombang, bergantian naik turun. Gelombang itu
yang menyebabkan terjadinya haid pada wanita. Lain halnya dengan estrogen
yang hanya dihasilkan oleh indung telur selam persediaan sel tulur masih ada.
Tugas estrogen sebenarnya ialah mematangkan sel telur sebelum dikeluarkan.
Oleh karena itu selam estrogen masih ada, sel telur tetap akan diproduksi.
Kemudian setelah wanita berusia sekitar 45 tahun, ketika persediaan sel telur
habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen akibatnya haid tidak
muncul lagi. Pada wanita tersebut menginjak masa menopause, yang berarti
berhentinya masa kesuburannya. (Sadli, 1987)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa periode terjadinya
menopause ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan
produksi estrogen akibatnya haid tidak muncul lagi. Pada wanita tersebut
menginjak masa menopause, yang berarti berhentinya masa kesuburannya.
4. Masa Nenek-nenek
Dengan berhentinya fungsi reprduksi pada seorang wanita itu bukan berarti keberhentian hidupnya. Jika fungsi keibuan untuk melayani dan mengabdi pada species manusia itu sudah berhenti. Wanita tersebut masih bisa melanjutkan fungsi keibuannya dengan jalan mencari pengalaman-pengalaman individual yang baru. Pada masa ini wanita cenderung masuk ke masa tua. Serta mengalami perubahan-perubahan fisik pada usia tua dan mempengaruhi psikologis mereka.
GANGGUAN PSIKOLOGIS MENOPOUSE
Gangguan Psikologis Pada Wanita Menopause
Menurut Kartini (1992) beberapa gangguan yang terjadi adalah :
1. Depresi Menstrual Keadaan ini pernah timbul pada masa adolesens yang kemudian hilang dengan sedirinya selama periode reproduktif (menjadi ibu) dan timbul lagi pada usia klimakteris. Pada saat ini sekalipun wanita tersebut tidak haid lagi, namun rasa depresif itu selalu saja timbul dengan interval waktu tidak tetap. Dan selalu tiba bersamaan dengan datangnya siklus haid. Tampaknya depresi tadi merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan kekecewaan, bahwa wanita yang bersangkutan menjadi kurang lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid.
Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual yaitu :
a) Dukungan Informatif
-Memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan akan dialami oleh semua wanita.
-Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan bisa menerimastatus quo.
-Memberi nasehat agar dapat menerima keadaannya dengan lapang dada.
-Memberikan informasi agar selalu mengkomunikasikan setiap masalah atau perubahan yang terjadi kepada suaminya.
-Memberi nasehat untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal yang dihadapi melalui media cetak, elektronik dan lain-lain.
-Memberi nasehat untuk mencari dukungan spiritual.
-Memberi contoh-contoh pengalaman positif tentang wanita menopause.
-Menganjurkan untuk berolahraga.
-Memberi latihan penanganan stress.
-Memberi nasehat uabtuh konsultasi ke dr. Obgyn atau psikolog bila perlu
b) Dukungan Emosional
-Mempunyai rasa empati terhadap hal yang dialami oleh wanita menopause.
-Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami kandisi istrinya.
-Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut.
-Menciptakan lingkungan kelurga yang nyaman, tenang, harmonis dan saling pengertian.
c) Dukungan Penghargaan
-Memberi penghormatan sehingga wanita tersebut merasa dihargai.
-Memberi dorongan/support sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.
d) Dukungan Instrumental
- Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita menopause.
-Memberi bantuan materi (yang dilakukan keluarga )

2. Ide Delirius
Biasanya gejala tersebut berisikan ide delirus (kegilaan, nafsu-nafsu petualangan). Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan ide delirius yaitu :
• Memberi nasehat agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan.
• Memberi nasehat mengembangkan pikiran atau ide yang positif dalam hidup.

3. Masturbasi Klitoris Ada kalanya pada wanita menopause timbul semacam seksual yang luar biasa hangat membara lagi dan ia sensitive sekali sengga wanita tersebut melakukan masturbasi klitoris (onani kelentir). Cara mengatasi gangguan psikologis masturbasi :
-Memberi nasehat untuk memenuhi kebutuhan sex secara sehat.
-Memberi nasehat untuk konsultasi ke ahli kebidanan untuk mendapat terapi.
-Memberi konseling bahwa wanita menopause bisa melakukan hubungan sex
-Mengkomunikasikan masalah pada suami dan diharapkan suami mau membantu memecahkan masalah, memberi dukungan kepada isrinya.

4. Aktifitas Hipomanis Semu
Wanita ini merasakan seolah-olah vitalitas hidupnya jadi bertambah. Cara mengatasi gangguan psikologis ini yaitu :
o Memberi nasehat agar aktifitas yang dilakukan dapat mengarah ke hal-hal positif.
o Mengisi kegiatan dengan memperdalam kebudayaan atau bakat.

B. CARA MENGATASI INSOMIA, GANGGUAN KONSEP DIRI DAN INFATILE PADA MASA MENOPAUSE DENGAN KONSELING DAN KOLABORASI Pada masa menopause terjadi perubahan yang menimbulkan gangguan diataranya insomia, gangguan konsep diri dan infantile. Cara mengatasinya adalah :
1. Kembangkan kebiasaan tidur dan mentaatinya, membaca bacaan ringan, nonton TV, acara santai, musik yang menyenangkan.
2. Makanlah jangan terlalu banyak/kemyang dan jangan kurang karena akan mengganggu tidur.
3. Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas/dingin dan kamar harus bersih juga rapih.
4. Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala akan mengurangi oksigen dan menambah karbodioksida yang dihirup.
5. Batasi minum/cairan setelah jam 16.00 karena akan bak waktu malam hari.
6. Jernihkan pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan singkirkan semua kecemasan sebelum tidur.
7. Menunda jam tidur dan tidak tidur siang.
8. Mengerti dan menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari Tuhan.
9. Aktifitas social dan agama dapat memberikan kepuasan batin, memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
10. Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengeryian dan dorongan anggota kelurga akan membantu mengurangi gejala yang timbul, terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
11. Pengobatan dengan estrogen dan kombinasi psikoterapi.
REFERENSI
Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan, Suatu Rentang Kehidupan
(terjemahan : Istiwidayanti dan Soedjarwo). Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
Kartini, (1992). Psikologi wanita.
---------------------. 1992. Psikologi Wanita. Bandung : Mandar Maju
---------------------. 1999. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Depkes RI